CARA MERINGKAS BUKU
Ada beberapa teknik membaca efektif, diantaranya adalah metode mapping, tabel KWL, dan SQ3R.Metode Mapping atau Mind Mapping.
Metode ini efektif untuk memperoleh gambaran umum (figuring out) tentang suatu tipik besar. katakanlah satu buku misalnya. Caranya adalah dengan menuliskan ide utama dalam satu lingkaran, kemudian sub ide utama lainya dalam lingkaran berikutnya dan seterusnya.
Metode KWL
Metode ini terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
a.K – awali dari apa yang kita tahu (KNOW)
b.W – lanjutkan dengan apa (WHAT) yang ingin kita tahu; dan
c.L – diakhiri dengan menuliskan atau mempertajam kembali apa yang telah kita tahu (What we have LEARNED).
Metode SQ3R
Metode ini terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
1. Survey
Dengan melakukan peninjauan dapat dikumpulkan informasi yang diperlukan untuk memfokuskan perhatian saat membaca. Peninjauan untuk satu bab memerlukan waktu 5-10 menit. Apa yang ditinjau?
Baca Judul
Hal ini dapat membantu untuk memfokuskan pada topik bab
Baca Pendahuluan
Memberikan orientasi dari pengarang mengenai hal-hal penting dalam bab
Baca kepala judul/subbab
Memberikan gambaran mengenai kerangka pemikiran
Perhatikan grafik, diagram
Adanya grafik, diagram dan gambar ditujukan untuk memberikan informasi penting sebagai tambahan atas teks
Perhatikan alat Bantu baca
Termasuk huruf miring, definisi, pertanyaan di akhir bab yang ditujukan untuk membantu pemahaman dan mengingat.
2. Question
Setelah kerangka pemikiran suatu bab diperoleh, mulai perhatikan kepala judul/subbab yang biasanya dicetak tebal. Perhatikan kepala judul ini satu per satu dan ubah kepala judul ini jadi beberapa pertanyaan.
3. Read
Dengan membaca, kita mulai mengisi informasi ke dalam kerangka pemikiran bab yang kita buat pada proses Survey. Bacalah suatu subbab dengan tuntas jangan pindah ke subbab lain sebelum kita menyelesaikannya. Pada saat membaca, kita mulai mencari jawaban pertanyaan yang kita buat pada Question. Tuliskan jawaban yang kita peroleh dengan dengan kata-kata sendiri di kertas yang pada 2/3 kolom yang disiapkan.
4. Recite
Pada umumnya kita cepat sekali lupa dengan bahan yang telah dibaca. Dengan melakukan proses Recite ini kita bisa melatih pikiran untuk berkonsentrasi dan mengingat bahan yang dibaca. Proses ini dilakukan setelah kita menyelesaikan suatu subbab. Cara melakukan Recite adalah dengan melihat pertanyaan-pertanyaan yang kita buat sebelum membaca subbab tersebut dan cobalah jawab pada selembar kertas tanpa melihat buku.
5. Review
Review membantu kita untuk meyempurnakan kerangka pemikiran dalam suatu bab dan membangun daya ingat kita untuk bahan pada bab tersebut. Proses ini dapat dilakukan dengan membaca ulang seluruh subbab, melengkapi catatan atau berdiskusi dengan teman. Cara Review yang terbukti efektif adalah dengan menjelaskan kepada orang lain.
Tujuh Kiat Membaca Buku dengan Efektif
1.Ketika anda mulai membaca buku baru, bacalah terlebih dahulu isi luar buku tersebut, resensi buku dibelakang, biografi penulis, kata pengantar, daftar isi dan lain-lain.
2.Ketika membaca ubah kebiasaan anda menggerakkan bibir, menunjuk tulisan, dan vokalisasi bacaan karena akan memperlambat anda dalam membaca dan itu membuang waktu anda untuk membaca kembali halaman selanjutnya atau bahkan buku yang lainnya.
3.Cobalah berlatih membaca cepat sehingga kecepatan anda membaca terus meningkat, cobalah membaca buku belajar membaca cepat yang ditujukan agar anda dapat berlatih membaca dengan efektif dan efisien.
4.Baca setiap tulisan tiap paragraf dengan teratur jangan melompat ke paragraf selanjutnya sebelum anda menyelesaikan paragraf tersebut. Setelah selesai membaca beberapa halaman dari buku tersebut tanyakan kepada diri anda beberapa pertanyaan dari bacaan tersebut, jika anda belum dapat memahaminya baca sekali lagi.
5.Temukan ide pokok pada buku yang anda baca, membacalah lebih kritis, jika perlu siapkan catatan kecil untuk bagian bacaan yang perlu di ingat.
6.Cobalah konsentrasi dalam membaca bacaan yang cukup berat, gunakan tips cara belajar yang sudah diberikan untuk menambah konsentrasi.
7.Gunakan setiap waktu luang anda untuk membaca, usahakan anda membawa buku bacaan yang seukuran dengan saku anda atau surat kabar.
B. Tahap Pengerjaan
1. Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Ini yang membedakan antara pembaca biasa dan peresensi buku. Bagi pembaca biasa, membaca bisa sambil lalu dan boleh menghentikan kapan saja. Bagi seorang peresensi, mesti membaca buku sampai tuntas agar bisa mendapatkan informasi buku secara menyeluruh. Begitu juga mencatat kutipan dan pemikiran yang dirasa penting yang terdapat dalam buku tersebut.
2. Setelah membaca, mulai menuliskan karya resensi buku yang dimaksud. Dalam karya resensi tersebut, setidaknya mengandung beberapa hal;
• Informasi(anatomi) awal buku (seperti format diatas).
• Tentukan judul yang menarik dan “provokatif”.
• Membuat ulasan singkat buku. Ringkasan garis besar isi buku.
• Memberikan penilaian buku. (substansi isinya maupun cover dan cetakan fisiknya) atau membandingkan dengan buku lain. Inilah sesungguhnya fungsi utama seorang peresensi yaitu sebagai kritikus sehingga bisa membantu publik menilai sebuah buku.
• Menonjolkan sisi yang beda atas buku yang diresensi dengan buku lainnya.
• Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
• Mengkoreksi karya resensi. Editing kelengkapan karya, EYD dan sistematika jalan pikiran resensi yang telah dihasilkan. Yang terpenting tentu bukan isi buku itu apa, tapi apa sikap dan penilaian peresensi terhadap buku tersebut.
C. Tahap Publikasi
1. Karya disesuaikan dengan ruang media yang akan kita kirimi resensi. Setiap media berbeda-beda panjang dan pendeknya. Mengikuti syarat jumlah halaman dari media yang bersangkutan adalah sebuah langkah yang aman bagi peresensi.
2. Menyertakan cover halaman depan buku.
3. Mengirimkan karya sesuai dengan jenis buku-buku yang resensinya telah diterbitkan sebelumnya. Peresensi perlu menengok dan memahami buku jenis apa yang sering dimuat pada sebuah media tertentu. Hal ini untuk menghindari penolakan karya kita oleh redaktur.
Demikian ulasan sekilas mengenai teknik sederhana meresensi buku. Pada intinya, persoalan meresensi buku adalah soal berbagi (ilmu). Setelah membaca buku, biasanya kita bahagia karena memperoleh wawasan baru. Dengan begitu urusan meresensi buku juga bisa berarti kita berbagi kebahagiaan dengan orang lain.
Bagi orang yang sudah terbiasa membuat ringkasan, mungkin kaidah yang berlaku dalam menyusun ringkasan telah tertanam dalam benaknya. Meski demikian, tentulah perlu diberikan beberapa patokan sebagai pegangan dalam membuat ringkasan terutama bagi mereka yang baru mulai atau belum pernah membuat ringkasan. Berikut ini beberapa pegangan yang dipergunakan untuk membuat ringkasan yang baik dan teratur.
1. Membaca Naskah Asli
Bacalah naskah asli sekali atau dua kali, kalau perlu berulang kali agar Anda mengetahui kesan umum tentang karangan tersebut secara menyeluruh. Penulis ringkasan juga perlu mengetahui maksud dan sudut pandangan penulis naskah asli. Untuk mencapainya, judul dan daftar isi tulisan (kalau ada) dapat dijadikan pegangan karena perincian daftar isi memunyai pertalian dengan judul dan alinea-alinea dalam tulisan menunjang pokok-pokok yang tercantum dalam daftar isi.
2. Mencatat Gagasan Utama
Jika Anda sudah menangkap maksud, kesan umum, dan sudut pandangan pengarang asli, silakan memperdalam dan mengonkritkan semua hal itu. Bacalah kembali karangan itu bagian demi bagian, alinea demi alinea sambil mencatat semua gagasan yang penting dalam bagian atau alinea itu. Pokok-pokok yang telah dicatat dipakai untuk menyusun sebuah ringkasan. Langkah kedua ini juga menggunakan judul dan daftar isi sebagai pegangan. Yang menjadi sasaran pencatatan adalah judul-judul bab, judul anak bab, dan alinea, kalau perlu gagasan bawahan alinea yang betul-betul esensial untuk memperjelas gagasan utama tadi juga dicatat.
3. Mengadakan Reproduksi
Pakailah kesan umum dan hasil pencatatan untuk membuat ringkasan. Urutan isi disesuaikan dengan naskah asli, tapi kalimat-kalimat dalam ringkasan yang dibuat adalah kalimat-kalimat baru yang sekaligus menggambarkan kembali isi dari karangan aslinya. Bila gagasan yang telah dicatat ada yang masih kabur, silakan melihat kembali teks aslinya, tapi jangan melihat teks asli lagi untuk hal lainnya agar Anda tidak tergoda untuk menggunakan kalimat dari penulis asli. Karena kalimat penulis asli hanya boleh digunakan bila kalimat itu dianggap penting karena merupakan kaidah, kesimpulan, atau perumusan yang padat.
4. Ketentuan Tambahan
Setelah melakukan langkah ketiga, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik.
a. Susunlah ringkasan dalam kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.
b. Ringkaskanlah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Jika rangkaian gagasan panjang, gantilah dengan suatu gagasan sentral saja.
c. Besarnya ringkasan tergantung jumlah alinea dan topik utama yang akan dimasukkan dalam ringkasan. Ilustrasi, contoh, deskripsi, dsb. dapat dihilangkan, kecuali yang dianggap penting.
d. Jika memungkinkan, buanglah semua keterangan atau kata sifat yang ada, meski terkadang sebuah kata sifat atau keterangan masih dipertahankan untuk menjelaskan gagasan umum yang tersirat dalam rangkaian keterangan atau rangkaian kata sifat yang terdapat dalam naskah.
e. Anda harus mempertahankan susunan gagasan dan urutan naskah. Tapi yang sudah dicatat dari karangan asli itulah yang harus dirumuskan kembali dalam kalimat ringkasan Anda. Jagalah juga agar tidak ada hal yang baru atau pikiran Anda sendiri yang dimasukkan dalam ringkasan.
f. Agar dapat membedakan ringkasan sebuah tulisan biasa (bahasa tak langsung) dan sebuah pidato/ceramah (bahasa langsung) yang menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal atau jamak, ringkasan pidato atau ceramah itu harus ditulis dengan sudut pandangan orang ketiga.
g. Dalam sebuah ringkasan ditentukan pula panjangnya. Karena itu, Anda harus melakukan seperti apa yang diminta. Bila diminta membuat ringkasan menjadi seperseratus dari karangan asli, maka haruslah membuat demikian. Untuk memastikan apakah ringkasan yang dibuat sudah seperti yang diminta, silakan hitung jumlah seluruh kata dalam karangan itu dan bagilah dengan seratus. Hasil pembagian itulah merupakan panjang karangan yang harus ditulisnya. Perhitungan ini tidak dimaksudkan agar Anda menghitung secara tepat jumlah riil kata yang ada. Tapi perkiraan yang dianggap mendekati kenyataan. Jika Anda harus meringkaskan suatu buku yang tebalnya 250 halaman menjadi sepersepuluhnya, perhitungan yang harus Anda lakukan adalah sebagai berikut:
1. Panjang karangan asli (berupa kata) adalah: Jumlah halaman x Jumlah baris per halaman x Jumlah kata per baris = 250 x 35 X 9 kata = 78.750 kata.
2. Panjang ringkasan berupa jumlah kata adalah: 78.750 : 10 = 7.875 kata. Panjang ringkasan berupa jumlah halaman ketikan adalah: jika kertas yang dipergunakan berukuran kuarto, jarak antar baris dua spasi, tiap baris rata-rata sembilan kata, pada halaman kertas kuarto dapat diketik 25 baris dengan jarak dua spasi, maka: Jumlah kata per halaman adalah: 25x 9 kata = 225. Jumlah halaman yang diperlukan adalah: 7.875:225 = 35 halaman.
1. Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Ini yang membedakan antara pembaca biasa dan peresensi buku. Bagi pembaca biasa, membaca bisa sambil lalu dan boleh menghentikan kapan saja. Bagi seorang peresensi, mesti membaca buku sampai tuntas agar bisa mendapatkan informasi buku secara menyeluruh. Begitu juga mencatat kutipan dan pemikiran yang dirasa penting yang terdapat dalam buku tersebut.
2. Setelah membaca, mulai menuliskan karya resensi buku yang dimaksud. Dalam karya resensi tersebut, setidaknya mengandung beberapa hal;
• Informasi(anatomi) awal buku (seperti format diatas).
• Tentukan judul yang menarik dan “provokatif”.
• Membuat ulasan singkat buku. Ringkasan garis besar isi buku.
• Memberikan penilaian buku. (substansi isinya maupun cover dan cetakan fisiknya) atau membandingkan dengan buku lain. Inilah sesungguhnya fungsi utama seorang peresensi yaitu sebagai kritikus sehingga bisa membantu publik menilai sebuah buku.
• Menonjolkan sisi yang beda atas buku yang diresensi dengan buku lainnya.
• Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
• Mengkoreksi karya resensi. Editing kelengkapan karya, EYD dan sistematika jalan pikiran resensi yang telah dihasilkan. Yang terpenting tentu bukan isi buku itu apa, tapi apa sikap dan penilaian peresensi terhadap buku tersebut.
C. Tahap Publikasi
1. Karya disesuaikan dengan ruang media yang akan kita kirimi resensi. Setiap media berbeda-beda panjang dan pendeknya. Mengikuti syarat jumlah halaman dari media yang bersangkutan adalah sebuah langkah yang aman bagi peresensi.
2. Menyertakan cover halaman depan buku.
3. Mengirimkan karya sesuai dengan jenis buku-buku yang resensinya telah diterbitkan sebelumnya. Peresensi perlu menengok dan memahami buku jenis apa yang sering dimuat pada sebuah media tertentu. Hal ini untuk menghindari penolakan karya kita oleh redaktur.
Demikian ulasan sekilas mengenai teknik sederhana meresensi buku. Pada intinya, persoalan meresensi buku adalah soal berbagi (ilmu). Setelah membaca buku, biasanya kita bahagia karena memperoleh wawasan baru. Dengan begitu urusan meresensi buku juga bisa berarti kita berbagi kebahagiaan dengan orang lain.
Bagi orang yang sudah terbiasa membuat ringkasan, mungkin kaidah yang berlaku dalam menyusun ringkasan telah tertanam dalam benaknya. Meski demikian, tentulah perlu diberikan beberapa patokan sebagai pegangan dalam membuat ringkasan terutama bagi mereka yang baru mulai atau belum pernah membuat ringkasan. Berikut ini beberapa pegangan yang dipergunakan untuk membuat ringkasan yang baik dan teratur.
1. Membaca Naskah Asli
Bacalah naskah asli sekali atau dua kali, kalau perlu berulang kali agar Anda mengetahui kesan umum tentang karangan tersebut secara menyeluruh. Penulis ringkasan juga perlu mengetahui maksud dan sudut pandangan penulis naskah asli. Untuk mencapainya, judul dan daftar isi tulisan (kalau ada) dapat dijadikan pegangan karena perincian daftar isi memunyai pertalian dengan judul dan alinea-alinea dalam tulisan menunjang pokok-pokok yang tercantum dalam daftar isi.
2. Mencatat Gagasan Utama
Jika Anda sudah menangkap maksud, kesan umum, dan sudut pandangan pengarang asli, silakan memperdalam dan mengonkritkan semua hal itu. Bacalah kembali karangan itu bagian demi bagian, alinea demi alinea sambil mencatat semua gagasan yang penting dalam bagian atau alinea itu. Pokok-pokok yang telah dicatat dipakai untuk menyusun sebuah ringkasan. Langkah kedua ini juga menggunakan judul dan daftar isi sebagai pegangan. Yang menjadi sasaran pencatatan adalah judul-judul bab, judul anak bab, dan alinea, kalau perlu gagasan bawahan alinea yang betul-betul esensial untuk memperjelas gagasan utama tadi juga dicatat.
3. Mengadakan Reproduksi
Pakailah kesan umum dan hasil pencatatan untuk membuat ringkasan. Urutan isi disesuaikan dengan naskah asli, tapi kalimat-kalimat dalam ringkasan yang dibuat adalah kalimat-kalimat baru yang sekaligus menggambarkan kembali isi dari karangan aslinya. Bila gagasan yang telah dicatat ada yang masih kabur, silakan melihat kembali teks aslinya, tapi jangan melihat teks asli lagi untuk hal lainnya agar Anda tidak tergoda untuk menggunakan kalimat dari penulis asli. Karena kalimat penulis asli hanya boleh digunakan bila kalimat itu dianggap penting karena merupakan kaidah, kesimpulan, atau perumusan yang padat.
4. Ketentuan Tambahan
Setelah melakukan langkah ketiga, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik.
a. Susunlah ringkasan dalam kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.
b. Ringkaskanlah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Jika rangkaian gagasan panjang, gantilah dengan suatu gagasan sentral saja.
c. Besarnya ringkasan tergantung jumlah alinea dan topik utama yang akan dimasukkan dalam ringkasan. Ilustrasi, contoh, deskripsi, dsb. dapat dihilangkan, kecuali yang dianggap penting.
d. Jika memungkinkan, buanglah semua keterangan atau kata sifat yang ada, meski terkadang sebuah kata sifat atau keterangan masih dipertahankan untuk menjelaskan gagasan umum yang tersirat dalam rangkaian keterangan atau rangkaian kata sifat yang terdapat dalam naskah.
e. Anda harus mempertahankan susunan gagasan dan urutan naskah. Tapi yang sudah dicatat dari karangan asli itulah yang harus dirumuskan kembali dalam kalimat ringkasan Anda. Jagalah juga agar tidak ada hal yang baru atau pikiran Anda sendiri yang dimasukkan dalam ringkasan.
f. Agar dapat membedakan ringkasan sebuah tulisan biasa (bahasa tak langsung) dan sebuah pidato/ceramah (bahasa langsung) yang menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal atau jamak, ringkasan pidato atau ceramah itu harus ditulis dengan sudut pandangan orang ketiga.
g. Dalam sebuah ringkasan ditentukan pula panjangnya. Karena itu, Anda harus melakukan seperti apa yang diminta. Bila diminta membuat ringkasan menjadi seperseratus dari karangan asli, maka haruslah membuat demikian. Untuk memastikan apakah ringkasan yang dibuat sudah seperti yang diminta, silakan hitung jumlah seluruh kata dalam karangan itu dan bagilah dengan seratus. Hasil pembagian itulah merupakan panjang karangan yang harus ditulisnya. Perhitungan ini tidak dimaksudkan agar Anda menghitung secara tepat jumlah riil kata yang ada. Tapi perkiraan yang dianggap mendekati kenyataan. Jika Anda harus meringkaskan suatu buku yang tebalnya 250 halaman menjadi sepersepuluhnya, perhitungan yang harus Anda lakukan adalah sebagai berikut:
1. Panjang karangan asli (berupa kata) adalah: Jumlah halaman x Jumlah baris per halaman x Jumlah kata per baris = 250 x 35 X 9 kata = 78.750 kata.
2. Panjang ringkasan berupa jumlah kata adalah: 78.750 : 10 = 7.875 kata. Panjang ringkasan berupa jumlah halaman ketikan adalah: jika kertas yang dipergunakan berukuran kuarto, jarak antar baris dua spasi, tiap baris rata-rata sembilan kata, pada halaman kertas kuarto dapat diketik 25 baris dengan jarak dua spasi, maka: Jumlah kata per halaman adalah: 25x 9 kata = 225. Jumlah halaman yang diperlukan adalah: 7.875:225 = 35 halaman.
(^^^^^^)
Seperti yang diceritakan di depan, ini merupakan pengalaman pertama saya meringkas keseluruhan buku dalam selembar Mind Map. Sebelumnya saya terbiasa meringkas buku teks kuliah per bab, satu lembar setiap babnya. Anda bisa melihat catatan model ini pada posting sebelumnya tentang Mind Map.
Tantangan utama yang saya rasakan dalam membuat Mind Map untuk keseluruhan buku adalah bagaimana memberikan ruang yang cukup untuk melakukan eksplorasi pokok pikiran utama di setiap bab. Ada kalanya cabang dalam satu bab memakan tempat cukup banyak sehingga menyisakan tempat terbatas untuk bab lain.
Ada yang menarik ketika berusaha meringkas buku ke dalam Mind Map yaitu Anda harus memahami buku tersebut terlebih dahulu. Mind Map merupakan catatan aktif dengan mengandalkan pokok pikiran yang dikaitkan satu sama lain. Seseorang tidak akan bisa membuat Mind Map sebelum dia sendiri memetakan dalam kepalanya apa yang hendak dicatat. Dengan demikian, proses mencatat sekaligus menjadi proses belajar. Ketika menentukan kata kunci yang dipakai, sebenarnya kita juga sedang memilih kata yang memiliki asosiasi paling kuat sehingga mampu mengingatkan kembali pada pembahasan dalam buku. Ini adalah kekuatan penting Mind Map yang menjadikannya sebuah alat untuk belajar, sekaligus alat untuk mengingat. Dengan membuat Mind Map pribadi, sebenarnya kita tidak hanya memiliki catatan di atas kertas, tetapi juga catatan di dalam kepala lengkap dengan seluruh asosiasinya.
Hal ini jauh berbeda dengan catatan konvensional di mana orang bisa mencatat tanpa harus memahami. Mungkin Anda masih ingat masa-masa sekolah dulu ketika diminta mencatat apa-apa yang ada di papan tulis atau didiktekan oleh pengajar. Dengan demikian, sering terjadi orang mencatat apa-apa yang tidak dipahaminya. Masalah muncul ketika catatan tersebut dibaca kembali, ternyata tidak dimengerti.
Adapun aspek penting lainnya ketika membuat Mind Map adalah Anda berusaha merumuskan pemahaman dan pengertian sendiri tentang buku yang dibaca. Ini sangat penting karena yang dicatat adalah pemahaman kita sebagai orang yang sedang belajar, bukan semata-mata apa yang dituliskan oleh pengarang. Karena kita yang membuat, maka isinya adalah bahasa internal yang biasa kita pakai sehingga sangat mudah diingat dan di-recall kembali ketika diperlukan.
Dengan mencatat pemahaman, tak jarang kita akan mengalami a-ha moment, yakni saat-saat di mana kita mendapat inspirasi atau pengertian baru dari apa yang dicatat. Ibarat seorang yang sedang mendiktekan pemahaman kepada dirinya sendiri, tiba-tiba muncul suatu pengertian, pemahaman, ataupun hubungan antara topik yang dibahas dengan tema-tema berkaitan yang pernah dipelajari sebelumnya. Mirip kisah Newton menemukan inspirasi hukum gravitasi ketika melihat buah apel jatuh dari pohon. Inilah kekuatan penting yang sangat berharga jika Anda membiasakan mencatat dengan cara seperti ini.
(^^^^^^)
Meringkas artikel kini bisa dilakukan dengan bantuan komputer. Sebuah terobosan yang membuat penulis tidak terlalu pusing dengan aktivitas manual.Meringkas artikel merupakan salah satu kegiatan yang sering kita lakukan. Di tingkat sekolah menengah, meringkas dapat menjadi salah satu jenis tugas favorit para guru bagi murid-muridnya. Di bidang sastra, sinopsis merupakan bentuk ringkasan yang memberikan gambaran singkat bagi sebuah novel. Bahkan di jaman internet seperti sekarang, di mana volume informasi yang ada sangat besar, ringkasan menjadi hal yang esensial untuk menentukan informasi yang paling cocok untuk kebutuhan tertentu.
Saat ini, meringkas memang masih banyak dilakukan oleh manusia, dengan hasil yang cukup memuaskan. Namun, ternyata mesin pun dapat melakukan kegiatan meringkas ini, walaupun hasilnya tidak sebaik buatan manusia. Lalu, untuk apakah ringkasan hasil buatan mesin? Kelebihan ringkasan oleh mesin terletak pada sisi kecepatannya. Jika Anda pernah mencoba membuka situs Google News , Anda akan menjumpai banyak topik berita yang dikumpulkan dari berbagai situs serta dirangkum dalam satu tempat. Inilah salah satu aplikasi dari peringkasan otomatis.
Otomatis
Penelitian mengenai peringkasan otomatis sendiri telah dimulai setidaknya pada tahun 1958 oleh H.P. Luhn. Banyak penelitian lain pun dilakukan dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan metode yang lama, selain memanfaatkan kekuatan komputasi yang semakin tinggi seiring perkembangan teknologi perangkat keras. Beberapa penelitian lainnya dilakukan oleh Kupiec pada tahun 1995 serta Teufel dkk pada tahun 1997. Penelitian peringkasan otomatis juga telah dilakukan untuk bahasa-bahasa selain bahasa Inggris. Untuk bahasa Indonesia, Sitawati mengadaptasi metode peringkasan ini ke bahasa Indonesia pada tahun 2005. Selain itu, Alfadian juga melakukan penelitian lainnya pada tahun 2007.
Lalu, bagaimana cara mesin bisa mengetahui bagian-bagian mana yang harus diringkas dari sebuah artikel? Prinsip yang paling sering digunakan adalah penghilangan kalimat yang tidak penting. Dengan kata lain, mesin tidak akan membuat kalimat baru pada ringkasan. Bandingkan dengan ringkasan manual yang dapat menggabungkan dua kalimat atau lebih menjadi satu kalimat.
Untuk menentukan kalimat mana yang harus dihilangkan, setiap kalimat akan diberikan sebuah nilai yang menunjukkan seberapa penting kalimat tersebut dalam artikel. Jelas bahwa kalimat yang memiliki nilai yang rendah mendapat prioritas untuk dihilangkan dari artikel.
Metode
Cara menilai pentingnya sebuah kalimat pun bisa bermacam-macam. Salah satu cara yang paling sering dilakukan dan terbukti efektif adalah dengan menggunakan metode kata kunci (keyword). Pertama-tama, mesin akan mengekstraksi kata kunci-kata kunci yang terdapat pada artikel. Misalnya, artikel mengenai kesehatan dapat mengandung kata kunci seperti “pencernaan”, “olah raga”, “sistem saraf”, dan sebagainya. Nah, kalimat-kalimat yang banyak mengandung kata kunci tersebut akan mendapatkan nilai lebih. Metode ekstraksi kata kunci ini pun bermacam-macam dan sering menjadi topik penelitian tersendiri di luar peringkasan otomatis. Cara termudah adalah dengan menghitung jumlah kemunculan kata tersebut dalam artikel. Semakin banyak kata tersebut muncul dalam artikel maka dianggap kata tersebut cukup penting dan layak dijadikan kata kunci. Namun, metode ini masih memiliki kelemahan. Kata-kata yang sering muncul belum tentu menandakan bahwa kata tersebut penting. Sebagai contoh, kata “yang” atau “dan” akan sering muncul di setiap artikel. Kata-kata seperti ini sering disebut dengan stopwords.
Selain metode di atas, masih banyak pula metode-metode lain yang dapat digunakan. Walau begitu, tetap saja hasilnya masih kalah bagus dengan ringkasan buatan manusia. Singkat kata, peringkas otomatis menawarkan kecepatan daripada ketepatan.
Thanks, informasix sangat m'mabntu.
BalasHapusThx a lot! informatif sekali
BalasHapusThx a lot! informatif sekali
BalasHapusInformatif sekali
BalasHapusLENGKAP BANGET SUBHANALLAH. THANK U MIMINNN
BalasHapus