Selamat datang

Welcome to the Fantastic Fantowi's World

search engine

Jam

postingan

Postingan
Komentar

Senin, 14 Februari 2011

Pestisida Alami dari Nabati

Pemerintah telah meluncurkan program PHT (Pengendalian Hama Terpadu) agar masyarakat tidak tergantung kepada pestisida, dan telah mencabut subsidi serta melarang beberapa jenis pestisida. Namun faktanya, nilai impor bahan pestisida -yang pada tahun 1990- an mencapai sekitar 200 milyaran rupiah (Kasryno, 1994)- mengalami peningkatan tajam pada tahun 2000-an, yaitu diatas angka 300 milyaran (Anon, 2000) atau naik lebih dari 50%. Hal ini menunjukkan bahwa kita masih tergantung kepada pestisida kimia sintetis, khususnya impor dan kebiasan masyarakat kita masih kuat dan sulit dirubah untuk bergantung kepada pestisida, atau memang kebijakan pemerintah kita yang masih mendukung penggunaan pestisida kimia sintetis dengan cara meloloskan beberapa jenis pestisida untuk beredar di Indonesia dan sebaliknya belum atau kurang mendukung berkembangnya pestisida hayati di Indonesia.
Pestisida merupakan bahan-bahan racun yang digunakan untuk memberantas jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan manusia. Bahan dasar pestisida ada yang berasal dari bahan-bahan alami (organik) dan ada pula yang berasal dari bahan kimia (sintetis). Penggunaan pestisida kimia dalam konsentrasi yang tinggi akan menimbulkan residu (zat sisa), residu ini kemudian akan meresap kedalam tanaman dan tanah (lahan). Residu dari bahan kimia yang terserap dalam tanaman berbahaya bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsinya. Walaupun tidak secara langsung menimbulkan sakit (penyakit) pada saat mengkonsumsi hasil pertaniannya, tetapi akan menimbulkan berbagai penyakit di kemudian hari setelah manusia itu lanjut usia. Sedangkan residu yang terserap oleh tanah akan menyebabkan tingkat kesuburan tanah menjadi berkurang, sehingga akan berdampak pada menurunnya kuantitas dan kualitas hasil panen.
Selain itu persoalan residu, penggunaan pestisida kimia –secara berlebihan- sangatlah tidak ekonomis karena petani harus mengeluarkan biaya yang lebih untuk membelinya di pabrik. Dan juga akan menciptakan ketergantungan bibit tanaman yang terbiasa mengunakan pestisida kimia, sehingga jika tidak lagi mengunakan pestisida kimia maka pertumbuhan tanaman menjadi tidak baik dan produksi tanaman menjadi rendah. Ketergantungan yang lebih parah akan terjadi ketika para pengusaha pestisida kimia mengendalikan harga hasil pertanian sesuai dengan keinginannya, karena produksi hasil pertanian petani tergantung dari pestisida yang mereka hasilkan. Jika hal yang demikian terjadi, maka sungguh nasib petani sangatlah ironis. Petani hanya sekedar menjadi pekerja atas tanahnya sendiri dan hanya menjadi tumbal bagi kepentingan para pengusaha pestisida kimia dan pupuk kimia yang tidak pernah bekerja di sawah dan kebun. Kita semua pasti sepakat bahwa hal tersebut tidak boleh terjadi pada petani, dan kita (petani) harus segera mencari jalan keluar atau alternatif lain agar petani dapat terlepas dari ketergantungan (setidaknya tidak terlalu tergantung) terhadap pestisida kimia.
Sebenarnya, membasmi hama tidak harus selalu dengan mengunakan pestisida kimia yang sangat merugikan itu. Tetapi kita bisa menghindari hama dengan pengolahan tanah yang baik karena tanah yang bersih/sehat akan menghasilkan tanaman sehat pula; Pengunaan bibit atau benih lokal yang sudah beradaptasi dengan lingkungan kita yang relatif tahan terhadap hama; Dan mengunakan pola tanam campuran atau tumpan sari. Kalau terpaksa harus mengunakan pestisida maka bisa mengunakan pestisida alami/organik. Pestisida alami (organik) dapat menjamin keamanan ekosistem. Dengan pestisida organik hama hanya terusir dari tanaman petani tanpa membunuh. Selain itu penggunaan pestisida organik dapat mencegah lahan pertanian menjadi keras dan menghindari ketergantungan pada pestisida kimia. Dengan beberapa alasan diatas, maka tidak berlebihan jika penulis membuat sebuah pernyataan bahwa penggunaan pestisida alami adalah sebagai solusi atas persoalan pertanian.
Pembuatan pestisida alami/organik sangatlah mudah, bisa diproduksi sendiri oleh petani, dan sangat ekonomis (tidak butuh modal besar) karena bahan-bahan bakunya bisa didapatkan disekitar kita. Mimba merupakan tanaman yang memenuhi persyaratan (menurut grup konsultasi para ahli FAO dalam pengembangan pestisida nabati) untuk dikembangkan menjadi sumber bahan dasar pembuatan pestisida nabati. Sudah sejak lama mimba digunakan sebagai pestisida nabati dengan kemanjuran dan peruntukan yang luas (Broad spectrum), baik digunakan secara sederhana di Negara berkembang, maupun digunakan secara terformula di negara maju, seperti Amerika Serikat. Indonesiapun saat ini telah banyak yang memproduksi pestisida nabati dari mimba, diantaranya oleh Institut Teknologi Bandung (ITB), Balai penelitian Tanaman Serat dan Kapas (Balittas-Malang), Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro-Bogor) dan pihak-pihak swasta (PT. Nihon Seima), maupun LSM lainnya.
Mimba, terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obatobatan). Beberapa diantaranya adalah azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin (Ruskin, 1993). Mimba tidak membunuh hama secara cepat, namun mengganggu hama pada proses lainnya (Senrayan, 1997). Azadirachtin berperan sebagai zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson dalam proses metamorfosa serangga. Kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian (Chiu, 1988). Salanin berperan sebagai penurun nafsu makan (anti-feedant) yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun, hingga kemudian serangga akan mati secara perlahan (Ruskin, 1993). Meliantriol berperan sebagai penghalau (repellent) yang mengakibatkan serangga hama enggan mendekati zat tersebut (Sudarmadji, 1999). Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti mikro organisme seperti anti-virus, bakterisida, fungisida sangat bermanfaat untuk digunakan dalam mengendalikan penyakit tanaman (Ruskin, 1993).
Selain mimba, masih banyak lagi tanaman maupun tumbuhan disekitar kita yang bisa kita manfaatkan sebagai pestisida alami. Berikut ini adalah beberapa jenis tanaman dan tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama, dan sekaligus cara pembuatannya :
1. Abu dapur
 Sasaran : hama dan penyakit dalam tanah
Caranya : Abu 1000 gr, kapur 100 gr, kapur barus 10 gr, dan air 5 liter dicampur dan aduk hingga merata. Lalu Kocorkan disekitar tanaman 2 gelas/batang.
2. Abu kayu
 Sasaran : nematode (cacing kecil)
Caranya: Taburkan disekitar daerah perakaran bisa ditambah air dan kapur mati dengan perbandingan 2 : 4 : 1
3. Akar Dringo (Acarus calamus)
 Sasaran: serangga kecil
Cara Pembuatan: akar dringo dibuat tepung lalu dicampur dengan air secukupnya.
4. Bawang putih (alium sativu ) dan atau Bawang Bombai
 Sasaran: serangga berbadan kecil dan lunak, cacing, keong, siput, ulat, aphid, kutu.
Caranya: 100 gr bawang putih dan atau bawang bombai ditumbuk, lalu rendam dalam 2 sendok makan minyak mineral selama 2 hari. Tambahkan 30 gr sabun, kemudian saring. Pemakaian 3 sendok teh untuk 1 ltr air.
Cara lainnya : Bawang putih dan atau bawang bombai digiling (blander) hingga halus, tambahkan sedikit air, dan kemudian diamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1 sendok makan deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup. Simpan di tempat yang dingin selama 7 – 10 hari. Pestisida alami jenis ini berguna untuk membasmi berbagai hama tanaman, khususnya hortikultura.
 Fungsi lain: menghambat perkembangan penyakit disebabkan Fusarium.
Caranya : Satu genggam bawang putih tumbuk, tambahkan 0,5 ltr air panas, rendam.
5. Biji mahoni
 Sasaran: berbagai hama
Caranya : 2 genggam biji mahoni ditambah 2 liter air direbus hingga jadi 1 liter air. Saring dan campur dengan 14 liter air, semprotkan
6. Buah mindi
 Sasaran: Walang sangit
Caranya: buah mindi dibuat tepung tiap 12 gr dicampur air 1 liter, saring masukkan dalan tangki.Tiap tangki ditambah 2 sendok garam.
 Sasaran lainnya: ulat polong, walang banci
Caranya: campuran di atas tanpa diberi garam
7. Cabai Merah (Capsium annum)
 Sasaran : semua jenis hama kecuali hama di dalam tanah.
Caranya : Cabai dikeringkan terlebih dulu, setelah itu digiling (blander) hingga menjadi halus seperti tepung.
8. Cengkeh (Eugenia aromatica)
 Sasaran : phytoptora
Caranya : Campurkan 2 gr tepung bunga cengkeh, 4 gr tepung daun dan tangkai untuk 1 ltr air
 Sasaran : Penyakit Fusarium
Caranya: Campurkan 5 gr tepung daun setiap 1 ltr air, sebagai kocor.Dapat untuk pengusir hama
9. Gadung
 Sasaran: walang sangit dan ulat-ulat hama padi
Bahan : 1 kg gadung dan air secukupnya
Cara Pembuatan :
a. Gadung dikupas, dicuci, dan diparut lalu diperas dengan kain bersih
b. Air perasan itulah yang mengandung racun dengan dosis 5 – 10 ml /liter air.
c. Kocok terlebih dahulu sebelum digunakan.
d. Larutan disemprotkan ke lahan.
e. Serangga mati dalam 1 – 2 jam, ulat mati dalam 5 – 6 jam
10. Kemangi (Ocimum canum)
 Sasaran: serangga kecil, berfungsi sebagai pengusir hama
Caranya : Daun dikeringkan dan direbus. Dinginkan lalu saring dan tambahkan larutan sabun. Semprotkan
11. Kembang Kenikir (Tagetes spp)
 Sasaran : untuk membasmi berbagai hama tanaman.
Bahan : 2 genggam daun kembang kenikir, 3 siung bawang putih, 2 cabai kecil dan 3 bawang bombay.
Caranya : Semua bahan tersebut dimasak dengan air lalu didinginkan. Kemudian tambahkan 4 – 5 bagian air, aduk kemudian saring. Air saringan tersebut dapat digunakan untuk membasmi berbagai hama tanaman
12. Legkuas
 Sasaran: mengatasi jamur tanaman dan buah
Bahan : lengkuas/laos 3 kg, dan air
Caranya : bahan ditumbuk atau diparut lalu ambil sarinya dengan cara diperas. Kemudian bahan siap digunakan untuk 2 sendok makan dicampur dengan air 10 – 15 liter.
13. Mimba (biji dan daun)
a. Daun Mimba
 Sasaran : hama secara umum
Bahan : daun mimba 8 kg, lengkuas 6 kg, serai 6 kg, sabun colek/diterjen 20 gr, air 80 Lt
Caranya : Daun mimba, lengkuas dan serai ditumbuk halus dicampur dengan diterjen/sabun colek, lalu tambahkan 20 liter air diaduk sampai merata. Direndam selama 24 jam kemudian saring dengan kain halus. Larutan akhir diencerkan dengan 60 liter air. Larutan tersebut disemprotkan pada tanaman untuk luasan 1 hektar.
b. Biji Mimba
 Sasaran: wereng batang coklat, penggerek batang, dan nematode.
Bahan: Alcohol 70% 1 cc, Biji Mimba 50 gr atau dan air.
Caranya : Biji mimba ditumbuk halus dan diaduk dengan alcohol; Encerkan dengan 1 liter air, larutkan diendapkan semalam lalu disaring. Larutan siap diaplikasikan ke tanaman. serangga akan mati setelah 2 – 3 hari.
14. Pacar cina (Aglaea odorata L)
 Sasaran : ulat kubis (Crocidolomia binotalis)
Caranya: 2,5 gr daun muda dihaluskan dan dicampur 1 liter air atau 100 gr biji dihaluskan dicampur 1 liter air, cairan yang telah disaringdapat langsung disemprotkan pada tanaman kubis
15. Pepaya (Carica papaya)
 Sasaran: berbagai jenis serangga
Caranya: 1 kg daun papaya segar dirajang dan direndam dalam 10 liter air. Tambahkan 2 sendok minyak tanah dan larutan sabun, biarkan 1 malam, saring dan semprotkan
16. Sereh/citronella grass (Cymbopogon nardus)
 Sasaran : lalat buah, thrips, tungau.
Caranya: Buat campuran minyak sereh 1,5 cc, bubuk lombok ½ sendok teh untuk setiap lt air
 Sasaran : Hama putih, Penggerek, Penggulung
Caranya: Buat campuran 250 gr akar sereh + daun untuk 1 ltr air, haluskan dan saring.Penggunaanya dicampur air 12 ltr.Dapat untuk Fungisida.
17. Sirsak / Soursop / nangka sabrang (Annona muricata, L)
 Sasaran : ulat grayak, wereng, ulat polong
Caranya: Daun sirsak segar 250 gr, diremuk ditambah ½ liter air. Saring dan penggunaannya ditambah air 13 liter
18. Srikaya (Annona squamosa)
 Sasaran : Semua ulat tanaman kubis
Caranya: 20 butir biji Srikaya dibuat serbuk/dihaluskan kemudian campur 1 ltr air. Tambahkan Larutan sabun secukupnya sebagai perekat
19. Tembakau (Nicotina tobacum)
 Sasaran : berbagai macam serangga ulat, kumbang, penggerek, tungau, aphid, nematode
Bahan : ¼ kg tembakau, 5 liter air, dan 30 gr sabun/diterjen.
Cara Pembuatan : ¼ kg tembakau direbus dalam 5 liter air selam ½ jam. Tambahkan 30 gr sabun lalu disaring. Pemakaian 1 bagian larutan ditambah 4 bagian air
 Sasaran : penyakit karena jamur, bakteri dan mematoda
Bahan : Limbah daun tembakau 200 kg.
Caranya : Limbah daun tembakau dihancurkan/ditumbuk hingga halus.
(Cara aplikasi : taburkan bersama pemupukan untuk 1 hektar)
20. Temu-temuan (temu hitam, kencur, kunyit)
 Sasaran: berbagai jenis serangga dan ulat, serta juga dapat berfungsi untuk mengatasi jamur tanaman dan buah
Caranya : Bahan (temu hitam, dan atau kencur, dan atau kunyit) ditumbuk halus dengan dicampur urine sapi (boleh juga dengan tanpa dicampur urine sapi). Campuran ini kemudian diencerkan dengan air, dengan perbandingan air : larutan = 1 : 3 liter atau 1 : 2 – 6 liter.
21. Tomat (Lycopercium)
 Sasaran: ulat dan serangga kecil
Caranya: Rebus batang dan daun tomat hingga mendidih, dinginkan lalu saring dan tambahkan larutan sabun secukupnya
22. Tuba (Derris eliptica)
 Sasaran: berbagai jenis serangga dan ulat
Caranya : akar, kulit kayu ditumbuk ditambahkan sedikit air lalu disaring. Penggunaannya 2 sendok makan untuk setiap liter air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar